wara-wiri

kalo oshin salah kata gitu. maafin aja yah. namanya juga masih kecil :P

Kamis, 02 September 2010

anak-anak

Saya suka anak-anak, apapun sifat dan sikap mereka. anak-anak pembangkang yang suka melawan, anak-anak yang cengeng, anak-anak rewel, anak-anak manja, anak-anak rajin, anak-anak jorok, anak-anak ingusan, anak-anak penurut, anak-anak gak bisa diem, pokoknya yang berkaitan dengan anak-anak saya suka.


saya mengalami masa kecil yang kurang baik, mungkin sekedar intermezo aja nie. waktu saya kecil saya anak yang dimanja orangtua saya, maklum saya anak pertama, saya gak pernah kekurangan apapun, semua yang saya minta pasti dikabukan oleh orangtua saya, tapi saya mengalami hal buruk yang terjadi di luar rumah saya, dan ironisnya itu terjadi di sekolah.


Di sekolah (TK) saya hanya anak biasa yang suka sekali bermain, seperti anak-anak lain, ingin mencoba hal-hal baru, tertawa, bercanda, berkhayal andai bisa terbang, berlari-larian dengan teman, main perosotan, jungkat jungkit, ayunan. tapi semua itu hancur waktu saya bertemu dengan teman kembar saya. sebut saja namanya melati dan mawar, mereka di ibaratkan penguasa di Tk saya. apapun yang mereka minta harus dituruti, terlebih lagi orangtuanya mendukung. suatu hari saya ingin naik ayunan, saya suka sekali waktu angin menerbangkan helaian rambut panjang saya yang biasa di kepang dua, saya suka dengan angin yang mengelus lembut pipi saya, pokoknya saya suka terbang dan angin, tapi terpaksa impian saya hancur dengan adanya mereka (sifat mereka yang pemaksa dan suka sekali menguasai permainan), saya dan teman-teman saya tidak di perbolehkan bermain ayunan. saya kecewa. dan kekecewaan itu masih ada sampai sekarang. saya tidak dendam, tapi saya merasa tugas saya belum selesai, tugas bermain ayunan.


ada lagi pengalaman buruk saya di TK, saya orang yang tidak pandai menulis rapi, tapi kecepatan saya menulis bisa dibandingkan. TK saya unik, lebih mementingkan kognitif dari pada afektif dan psikomotor. kerjaannya setiap masuk kelas hanya belajar-belajar dan belajar,belajar menulis, belajar membaca, tidak ada intermezo bernyanyi riang, berdoa harian, bermain-main, mewarnai. suatu hati saya berhasil menyelesaikan tugas saya dengan baik, saya jadi orang pertama yang menyelesaikan tugas itu. saya bangga dengan diri saya. biarpun tulisannya tidak rapi, tapi saya orang pertama yang menyelesaikannya. waktu saya ingin mengumpulkan tugas itu kepada ibu guru, jalan saya dicegat, sebut saja namanya tulip, tulip memiliki badan yang besar, lebih besar dari badan saya yang kecil dan kurus, ia berkata kasar pada saya kalau saya tidak menuliskan tugas dia, maka rambut kepang dua saya akan dia jenggut, terpaksa saya ladeni apa maunya, saya takut. sejak saat itu saya takut dengan orang bertubuh besar, saya memilih menjadi pendiam dan penurut ketimbang saya melawan, saya memilih terintimidasi dan tidak berani untuk show-up di depan publik, saya lebih memilih menjadi follower. hal itu berlangsung sampai saya tamat SD.


dari intermezo di atas, saya hanya ingin memberi pesan bahwa, seorang anak memiliki kesensifitas yang amat peka. seorang anak bisa saja dapat perlakuan baik dari orangtuanya, tetapi terpaksa terintimidasi di sekolahnya. tugas sebagai orangtua atau pendidik adalah melindungi, menyayangi, dan memberi motivasi juga dukungan bagi anak. anak-anak usia 0 sampai 6 tahun membutuhkan dukungan kuat untuk membangun diri ideal, citra diri dan harga diri yang menghasilakan konsep diri yang baik. karena konsep diri akan terbentuk sejalan dengan pertumbuhan dan perkembangannya melalui interaksi dengan orangtua, keluarga, dan lingkungan sekitar rumah. saat anak masuk sekolah, interaksi dengan kawan di sekolah, guru dan lingkungan di sekolah turut berperan dalam pembentukan konsep diri.


diri ideal adalah yang menentukan sebagian besar arah hidup kita. diri ideal menentukan arah perkembangan diri dan pertumbuhan karakter serta kepribadian. diri ideal merupakan gabungan dari semua kualitas dan ciri kepribadian orang yang sangat anda kagumi. diri ideal merupakan gambaran dari sosok seseorang yang sangat anda inginkan jika anda bisa menjadi seperti orang itu. pada anak kecil yang masih belum mengerti konsep ini, sebagai orangtua atau pendidik harus sangat hati-hati dalam menetapkan diri ideal untuk anak. banyak orangtua, yang karena terlalu berambisi, akhirnya malah menyengsarakan anak mereka karena menetapkan diri ideal yang terlalu sulit untuk dicapai oleh anak mereka. dalam konteks pendidikan, diri ideal yang sering ditetapkan oleh orangtua bagi anak mereka adalah anak harus mendapatkan nilai sempurna (100 atau A) dalam setiap ujian.


citra diri adalah cara anda melihat diri anda sendiri dan berpikir mengenai diri anda sekarang/saat ini. citra diri saring juga disebut sebagai "cermin diri". anda akan senantiasa melihat ke dalam cermin ini untuk mengetahui bagaimana anda harus bertindak atau berlaku pada suatu keadaan tertentu. anda akan selalu bertindak dan bersikap sesuai dengan gambar yang muncul pada cermin diri anda.


harga diri merupakan komponen yang bersifat emosional dan merupakan komponen paling penting dalam menentukan sikap dan kepribadian kita. harga diri merupakan kunci untuk mencapai keberhasilan hidup. harga diri dapat didefinisikan sebagai seberapa suka anda terhadap diri anda sendiri. semakin anda menyukai diri anda, menerima diri anda, dan hormat pada diri anda sendiri sebagai seorang yang berharga dan bermakna, semakin tinggi harga diri anda. semakin anda merasa sebagai manusia yang berharga, anda akan semakin pisitif dan bahagia. harga diri anda akan menentukan semangat, antusiasme dan motivasi diri. harga diri anda adalah penentu prestasi dan keberhasilan anda. satu hal yang harus diingat adalah harga diri dibangun dengan melakukan suatu praktek tindakan. bukan hanya dengan menggunakan emosi dan keinginan saja.


jadi, diri ideal adalah orang yang anda sangat ingin menjadi di suatu waktu di masa depan. diri ideal menentukan arahan hidup, pertumbuhan, dan evolusi diri anda. citra diri adalah cara anda melihat diri anda sendiri dan menentukan prestasi anda di masa sekarang. harga diri anda ditentukan oleh hubungan antara diri ideal dan citra diri anda atau cara anda melakukan kegiatan sehari-hari (prestasi anda) dibandingkan dengan cara anda, bila anda telah berhasil menjadi diri anda yang ideal.


harga diri yang tinggi adalah dasar dari sebuah konsep diri yang positif dan merupakan unsur penting untuk mencapai keberhasilan.


bisa kita analogikan anak yang baru lahir seperti sebuah meja yang belum memiliki kaki. saat anak bertumbuh, kejadian-kejadian, pengalaman kehidupan melalui interaksi dengan orangtua, keluarha, dan lingkungan akan memberikan kaki kepada meja tersebut. seperti yang telah dijelaskan di atas bahwa ada tiga komponen yang membentuk konsep diri yaitu diri ideal, citra diri, dan harga diri.


misalnya sebagai orangtua anda menetapkan diri ideal untuk anak anda dengan mendapatkan nilai 100 untuk ulangan matematika. tetapi, ternyata anak anda bukanlah anak yang pintar dalam bidang matematika. anak anda hanya mendapatkan nilai 60 (citra diri). yang terjadi saat ini adalah citra diri tidak sejalan dengan diri ideal. ini sudah pasti berakibat tidak baik pada harga diri anak.

ditambah lagi, karena kecewa pada anak maka anda sebagai orangtua akam memberikan kalimat "pujian" seperti, "Kok bodoh amat sih. kenapa cuma dapet nilai 60? kamu kan sudah dileskan ke guru matematika yang pandai. kan malu-maluin mama."


bila anak mendapat masukan negatif seperti ini, maka ia akam memprogramnya di otak dan akan di ingat terus oleh anak. apalagi masukan itu didapatnya dari orangtua, keluarga, lingkungan, atau sekolah berulang kali, akan semakin banyak kaki meja yang terpasang di bawah meja konsep diri anak. dan akibatnya terbentuklah konsep diri yang jelek tapi sangat kokoh. di pikiran akan akan tertananm bahwa ia "bodoh".


maka dari itu, jangan lah kita memberikan konsepan diri jelek pada anak, jika anak mendapatkan pengaruh negatif dari teman sekolah, maka fungsi orangtua untuk memberikan pengaruh positif. bila pengaruh positif tertanam kuat pada anak maka ia tidak akan terpengaruh oleh hal-hal negatif.


referensi :genius learning strategy. andi w gunawan. PT Gramedia Pustaka Utama.